Awan beranak - anak

Awan beranak - anak
Kembali lagi ku deklarasikan puisi
Gelak tawa yang hening mengiringi
Membuat raga sakit menjadi - jadi
Ku lanjutkan lagi puisi ini
Berbeda dengan yang ku awali

Awan beranak - anak
Terngiang saat gelap menyapa
dengan sedikit cahaya di depan mata
Gelak tawa kian riang terbuka
Melupakan hari yang telah gempita

Awan beranak - anak
Menemani hingga kantuk menyapa
Memudarkan pikiran tugas yang ternganga
Berharap keajaiban akan tiba
Membekas sampai melipur lara

Awan beranak - anak
Mengawali pagi dengan sesak yang ada
Detak jantung seakan berhenti memompa
Memejamkan mata demi kesenangan saja
Hingga rasa pun tiada

No comments: