BB 2316

Malam semakin lelap dan menusuk
Tak terlihat bulan menunjukkan pucatnya
Ku kurangi hidup ini
dengan menghabisi si jernih dalam kantong
tanpa menghiraukan masa depan yang tak tentu

Diantar si jernih dan si hitam pekat
mengkamuflasekan kepahitan tersembunyi
butiran yang bisa menimbulkan luka


Berkencan dengan nyala lampu
bercerita,
membuat badan ini mulai kaku dan terpaku
Gundah gulana
tenang namun beriak
kembali menemukan ritme yang sama

Tak tentu arah yang dituju
sempat memutuskan jalan
Lalui dan nikmati

Kelam Mencekam

Ketika sayap tak mampu lagi terbang
Ketika kaki tak mampu lagi menopang
Namun jalan panjang masih membentang
Harus dilalui penuh halang rintang

Suara merdu menyayat memaki
Memanggil isi hati yang mulai sunyi
Membukakan lembaran keji
Yang setiap hari tak henti menari

Kegelapan mulai menghitam
Tangan semakin kuat menggenggam
Masa depan sulit diterkam
Mimpi yang terpancar mulai kelam

Letupan angin kuat memaki
Menusuk luka di sanubari
Mengeluarkan pedihnya mati
Lepas diri dari Ilahi

Semua berteriak, kamu....
kamu....
itu sampah....
Kotoran yang membusukkan mata
Menghilangkan rasa dan membekukan jiwa

Kematian enggan menjemput
Menjalani hidup pun tak terurut
Hidup carut marut
Dosa menunggu maut