Sialnya Manis

Hangatnya mentari sudah menyapa di pagi yang cerah, namun seperti biasa apabila jadwal kuliah Manis siang, dia masih saja enggan bangun dari tidurnya yang selalu nyenyak. Meskipun alarm di hp dan jam sudah berbunyi, tetapi hal itu tidak membuat pemuda yang sedang mencari ilmu di perantauan ini membukakan matanya. Hanya telepon dari seorang ibulah yang mampu membangunkannya.
“ Iya, halo ma! Ada apa? Tumben pagi – pagi uda nelpon” kata Manis.
“ Tidak ada apa – apa nak, cuma kangen saja sudah 1 bulan tidak ketemu” jawab ibunya.
“ Gimana keadaan kamu sekarang? Sehat kan? Kuliahnya gimana? Lancar? Sekarang lagi apa? Uda makan atau belum? Uang masih ada? ” tambah sang ibu.
“ Alhamdulilah semuanya baik “ jawab Manis singkat.
Hal ini menggambarkan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya yang teramat dalam. Namun kadang – kadang si anak suka tidak mau apabila diperhatikan seperti itu. Di anggap terlalu berlebihan, sudah bisa belajar sendiri, dewasa lah, mereka menganggap hal ini sangat menggangu. Namun bagi seorang ibu “kehilangan anak” sangatlah tidak mengenakan meskipun sang ibu tahu dia sedang belajar. Manis pun seperti anak kos pada umumnya yang tidak terlalu suka jika diperhatikan lebih.
Setelah beres melepas rindu dengan sang ibu, Manis pun memulai aktivitasnya yang monoton seperti biasanya. Dia langsung shalat shubuh yang sebenernya sudah lewat, lalu dia mulai membereskan kamarnya, dari mulai bantal sampai guling yang tidak bau ompol. Setelah membereskan kamar dia lalu memasak nasi, dia mencoba hidup mandiri dalam segala hal. Sambil menunggu nasinya matang, dia pun memasak telor mata sapi yang merupakan salah satu menu andalannya apabila uang sakunya mulai memasuki tanggal tua.
Manis memasak telornya keasinan dan nasi yang di masaknya seperti bubur karena terlalu banyak air yang Manis masukan. Akhirnya dia makan dengan ditemani alunan musik jadul dari mp3 yang sudah tidak berbentuk. Kebiasaan di pagi hari Manis adalah melakukan aktivitas dengan di temani lagu – lagu jadul seperti Kisah Seorang Pramuria, Anak Sekolah, Soldier of Fortune, Everybody hurt dan lagu yang mungkin sudah tidak di dengarkan oleh anak muda zaman sekarang yang lebih menyukai music metal ( melayu total ).
Sehabis amunisi diperutnya sudah terisi penuh, dia lalu mempersiapkan buku– bukunya buat kuliah. Dia mengerjakan tugas di temani dengan segelas teh manis, namun teh yang dibuatnya tidak manis, hambar rasanya teh manis yang dibuatnya. Ketika sedang serius– seriusnya mengerjakan tugas perut Manis terasa sakit, ini diakibatkan karena telor yang dimasaknya terlalu asin sehingga tidak bersahabat dengan perutnya yang sensitive bila terkena pedas dan asin berlebihan. Dia pun lalu bergegas pergi ke kamar mandi, namun di kamar mandi masih ada Abdi yang sedang mandi. Manis pun harus menahan rasa itu, sangat menyakitkan lebih menyakitkan dari diputuskan pacar apabila mengalami hal ini. Manis tidak dapat diam dia jalan kesana – kemari guna menahan rasanya itu, sampai – sampai dia berlari – lari di tempat karena teramat tersiksa.
“ Dil, cepet! Uda mau keluar ni ” teriak Manis sambil lari – lari.
“ Iya, bentar lagi” jawab Abdi
Abdi pun tidak tega melihat sahabatnya seperti itu, dia pun mempercepat mandinya. Sesudah Abdi keluar dari wc, Manis langsung tancap gas. Dia pun langsung mandi agar mengirit waktunya yang terbuang karena menahan rasa sakit. Setelah selesai semuanya, Manis pun menyiapkan diri untuk berangkat ke kampus.
Seperti hari – hari biasa, dia menunggu Ramon di selasar kontrakannya, Ramon pun dating namun dia tidak langsung pergi ke kampus, Ramon membeli dulu “gorengan” yang ada di depan kosan Manis. Mereka selalu pergi ke kampus bersama, pejalanan ke kampus kali ini terasa berat seperti kisah Sun Gokong yang mengambil kitab suci ke barat, entah kenapa perasaan Manis tidak begitu enak pada hari itu.
Setibanya di kampus, ternyata dosen yang di tunggu tidak dating. Ini mengakibatkan waktu Manis terbuang percuma, namun Manis dan teman – teman langsung pergi ke taman yang ada di kampus. Di taman, Jack mengajak teman – temannya yang mau untuk maen “poker”. Akhirnya Manis, Jack, Idho, dan Ramon pun main “poker” sedangkan Ican dan Ariang on-line karena Ariang membawa laptop. Tak disangka koloni yang kecil ini mampu mengalahkan keramaian orang yang ada di taman, ketika sedang asiknya tertawa karena Jack harus jongkok terus, seorang satpam mengahampiri mereka dan melarang mereka untuk bermain kartu, akhrinya mereka tidak bermain kartu lagi. Mereka memutuskan untuk kembali masuk saja ke kampus guna main kartu di dalam kampus.
Mereka pun kembali bermain kartu di dalam kampus sambil menunggu dosen masuk. Kali ini Manis lah yang selalu kalah, dia harus jongkok terus dan itu membuat teman – teman yang lainnya tertawa. Setelah itu semua, dosen yang ditunggu – tunggu masuk juga, Manis membereskan kartu – kartu yang berserakan di lantai. Mereka belajar seperti biasa, ketika ditengah – tengah pelajaran Manis merasakan ada yang hilang, ternyata hand phone miliknya tidak ada dalam sakunya. Manis pun panik dan tidak lagi konsen pada pelajaran karena sibuk menanyakan kepada teman – temannya. Waktu sedang panik – paniknya Puput member tahu kalau hp Manis masih aktif, hal ini lalu membuat Manis agak tenang. Tiba – tiba hp milik Manis menghubungi nomor milik Puput, lalu Manis pun menerima panggilan tersebut, dia bergegas keluar kelas dan ternyata yang menelepon Manis ada lah satpam. Langsung saja Manis pergi ke pos satpam yang ada di lobi untuk mengambil hp miliknya.
Bagi Manis kehilangan hp seperti separuh jiwanya telah pergi karena banyak informasi yang di dapat dari hp terutama pembatalan perkuliahan, meskipun bentuk hp milik Manis sudah jadul namun itu sangat berarti buatnya. Manis pun kembali masuk kelas setelah mengambil hp biru kesayangannya.
Bersamaan dengan waktu kelas selesai adzan duhur berkumandangan. Manis dan teman – teman langsung pergi ke mesjid, mereka pun melaksankan sholat seperti biasanya. Seusai sholat Manis pun terkjeut ketika sepatu Air Walk berwarna putih bersih dengan motif hijau yang baru dipakainya beberapa minggu menghilang dari pandangannya.
“ Mon, jangan jahil lah! Mana sepatuku? Disembunyikan dimana Mon? aku sudah sial banyak hari ini, jadi jangan jahil gitu atuh ” tuduh Manis pada Ramon.
“ Iya Mon, kasihan atuh si Manis dia uda hampir kehilangan hp tadi, jadi jangan jahil” tambah Idho.
“ Iya Mon” semua menyahut.
Mereka menduh Ramon bukan tanpa alasan, karena Ramon memang terkenal suka jahil.
“ Bener lah lur! Bukan gua yang ngumpetin, gua gak jahil karang! ” jawab Ramon.
Memang benar ternyata apa yang dikatakan Ramon, bahwa dia tidaklah jahil. Sepatu Manis kali ini sudah berpindah tangan ke orang lain. Akhirnya Manis pun pulang ke kosan dengan menggunakan sandal jepit berwarna biru yang dekil dan terlalu kecil untuk kaki Manis. Meskipun sedih Manis tetap bisa tersenyum karena kehilangan sepatu bukanlah akhir dari segalanya.
Ketika tiba di kosan Manis pun langsung menyuci pakaian karena ingin meyibukan diri guna melupakan sepatunya yang telah hilang. Selesai nyuci dia pun siap – siap untuk makan, namun dia kelimpungan mencari uangnya yang tinggal 50 ribu. Ternyata uang tersebut ikut tercuci di celana Manis, dia terpaksa menahan lapar dan meratapi semua kesialan yang menimpanya. Manis pun menyadari bahwa hal ini dikarenakan dia tidak terlalu senang ketika pagi – pagi sekali ditelepon oleh ibunya, dia merasa jengkel dan juga ini semua karena keteledorannya sendiri. Akhirnya Manis pun meminta maaf pada ibunya dan sekarang dia lebih menghargai seorang ibu.


Indonesia Mentas di Piala Dunia


            Piala Dunia adalah hajatan terbesar para pencinta sepak bola. Semua negara ingin mendapatkan trofi piala dunia ini, begitu juga dengan Indonesia. Mungkin hanya mimpi – mimpi bagi para pencinta sepak bola tanah air apabila ingin melihat Indonesia masuk putaran final piala dunia. Karena untuk mentas saja di putaran final di rasa sangat sulit bagi Indonesia. Kita hanya mampu bersaing di ajang kualifikasinya saja. Itu pun sering jadi bulan – bulanan musuh, di ajang regional ASEAN saja kita tertinggal oleh negara tetangga padahal kita tahu dulu bahwa Indonesia adalah Macan Asia Tenggara.
Namun, asa untuk masuk putaran final piala dunia tidak pernah surut dari ibu pertiwi, buktinya saja PSSI mencanangkan agar pada tahun 2022 agar Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia. Mungkin hal ini dipandang cukup realistis ketimbang melewati fase kualifikasi, karena bila kita menjadi tuan rumah bisa dipastikan kita bisa masuk putaran final piala dunia.
Untuk mewujudkan hal tersebut tudak lah mudah, kita harus banyak berbenah, mulai dari memperbaiki stadion – stadion yang ada, apabila perlu membangun stadion yang baru, juga memperbaiki fasilitas transportasi yang ada, selain itu juga fasilitas umum lainnya. Adapun hal lain yang harus diperhatikan adalah persaingan dengan negara – negara lain yang ingin menjadi tuan rumah.
Menjadi tuan rumah bukan jalan satu – satunya untuk lolos ke putaran piala dunia. Jalan lain adalah dengan cara lolos dari fase kualifikasi tentunya. Meskipun di rasa berat, dalam dunia sepak bola tidak ada hal yang tidak mungkin, buktinya saja beberapa waktu lalu Irak mampu menjuarai Piala AFC meskipun sedang dilanda krisis di negaranya.
Untuk lolos ke fase berikutnya, timnas kita harus benar – benar mendapatkan energi baru. Harus ada regenerasi pemain di tubuh timnas kita, jangan hanya menggunakan jasa pemain yang itu – itu saja, walaupun pemain yang bersangkutan sudah banyak menyumbangkan konstribusi  bagi Indonesia. Sistem liga di negara kita sudah mengalami kemajuan, yaitu menuju ke arah profesional, seharusnya hal ini memberikan dampak yang bagus bagi persepakbolaan kita.
Selain itu juga, sistem yang ada harus mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Dan yang paling penting, manajemen PSSI harus mengalami perubahan, masa seorang tersangka masih bisa menjabat ketua umum. Ini sangar melakukan apalagi FIFA sudah menegur PSSI mengenai hal ini. Apakah tidak ada orang lain lagi di Indonesia yang bisa menjabat sebagai ketua umum? Seharusnya yang menjabat posisi – posisi pentng di PSSI adalah orang yang mengerti tentang bola bukan seorang pengusaha. Lihat saja Jerman, mereka mempercayakan ketua asosiasi sepak bolanya kepada Franz Backenbauer, salah seorang mantan pemain sepak bola, di tubuh PSSI harus ada revolusi.
Untuk mewujudkan harapan bangsa Indonesia agar bisa mentas di ajang piala dunia kita harus banyak berbenah, mulai dari pemain, manajemen, dan sistem yang ada pun harus dibenahi. Jangan hanya masuk putaran final piala dunia sebagai tuan rumah saja, kita harus memperlihatkan kekuatan negara kita yang berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa ini.

malam minggu


            Di malam hari yang sunyi, dingin menembus tulang, suasana masih nampak ramai di alun – alun kota. Lampu mercury yang masih menyala seolah ingin malam ini  tak ingin cepat berganti. Di temani dengan alunan music underground yang membuat telinga kita ‘conge’ menambah pikiran ini untuk tetap terfokus untuk menikmati indahnya malam minggu tanpa kekasih.
            Di pinggir jalan, motor – motor masih tertata rapih. Para penjalan kakipun kian ramai, meskipun waktu sudah semakin malam, tapi mata ini seakan tidak akan pernah tertidur. Asap rokok yang mengepul disana – sini kian meramaikan Susana malam yang penuh dengan suka maupun cita. Malam semakin malam, tapi music terus berbunyi, malah semakin gahar dari sebelumnya, makin membuat mata ini terbelalak.
            Kebisinganpun terasa semakin komplit setelah banyak geng – geng motor yang melakukan konvoi keliling kota. Polisi pun hanya terdiam terpaku melihat kebrutalan yang jelas – jelas berada di depan mata mereka. Raga ini pun mulai terasa lelah, seakan memanggil untuk segara pulang, untuk segera mimpi dengan nyenyaknya di sebuah sudut kamar yang kumuh.

Sulit Mencari Keadilan Di Indonesia


Negara kita adalah negara hukum, begitu banyak sumber hukum yang dianut oleh negara ini, mulai dari Pancasila sebagai dasar hukum, lalu UUD 1945, sampai peraturan – peratruran daerah begitu banyak. Seharusnya negara ini menjadi aman dan nyaman untuk di huni bila sumber hukum itu mulai ditegakan dengan benar. Hampir tiap tahun DPR membuat RUU begitu juga Pemerintah Daerah ( Pemda ) rajin sekali mengeluarkan Perda, Perda yang mengatasnamakan kepentingan rakyat banyak.
Tapi, coba lihatlah keadaan negara kita saat ini. Bohong besar kalau negara ini sudah layak menjadi negara hukum. Banyak kejadian – kejadian ajaib di ranah peradilam negeri kita ini. Mulai dari seorang tersangka, masih bisa menjabat sebagai seorang ketua organisasi tingkat nasional. Memalukan, negara yang berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa penduduk ini sulit mencari penggatinya. Ini terjadi karena sang tersangka ini mempunyai kekuatan, yaitu uang. Seakan – akan hukum di negara kita ini akan habis perkara bila kita punya uang.
Di sisi lain, seorang nenek tua renta yang di tuduh mencuri buah kakao di hukum 1,5 bulan penjara dan masa percobaan 3 bulan. Ada lagi kasus seseorang yang di tuntut hukuman karena ikut “nge-cas” hp di sebuah apartemen. Dia di anggap telah mencuri listrik dari apartemen tersebut.
Apa kata dunia tentang hukum di negara kita? Persoalan seperti nenek tua renta tadi begitu gampangnya hakim memutuskan putusan. Tetapi persoalan sperti korupsi yang kian meraja rela, hakim sangat sulit untuk mengetuk palu. Hukum di negara ini begitu cepat di proses apabila yang melanggar hukum adalah rakyat kecil tak berdaya, tetapi apabila yang melakukan pelanggaran hukum adalaha seorang konglomerat, akan lain ceritanya perkara akan habis dengan cepatnya.
Persoalan kian pelik dan sangat miris, ketika lembaga hokum yang kita agungkan untuk menyelesaikan hokum, malah terlibat sebuah pertikaian yang membuat jidat rakyat mengkerut. Konspirasi di sana – sini, korupsi merajai bumi ini, apa yang sebenarnya terjadi? Memalukan sekali, di negara yang mayoritas penduduk muslimnya paling banyak di dunia, jumlah penduduk mencapai 200 juta jiwa lebih, sangat sulit mencari keadilan dan menegakan hukum di negara yang mengaku negara hukum ini.

Peliknya Dunia Pendidikan Indonesia


Pendidikan adalah salah satu tolak ukur kemajuan suatu Negara. Bila pendidikannya berhasil, maka negara tersebut pun maju, karena pendidikan itu berbanding lurus dengan kemajuan suatu negara. Di Indonesia, pemerintah telah mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tetapi, potret pendidikan di negara ini amatlah muram.
Mulai dari program wajardikdas 9 tahun, pemerintah telah mencanangkan program ini sejak lama. Namun, realisasi di lapangan belumlah maksimal. Masih banyak anak – anak yang putus sekolah dan masih banyak lagi anak – anak yang belum mencicipi bangku sekolah. Masih banyak anak – anakyang harus secara terpaksa mencari nafkah, hal ini disebabkan oleh faktor kemiskinan. Untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah mengeluarkan progream BOS ( Bantuan Operasional Sekolah ). Dengan program ini siswa dapat bersekolah gratis dari SD sampai SMP. Namun, lagi – lagi program ini di rasa kurang efektif, karena masih banyak orang tua yang tidak tahu mengenai program ini, belum lagi banyak oknum – oknum yang mereduksi bantuan pemerintah ini.
Selain itu, kurikulum pendidikan hamper setiap tahun dig anti, dengan alas an peningkatan mutu, mulai dari CBSA, KBK, KTSP dan masih banyak lagi istilaha lain yang sebenarnya tidak memberikan perubahan yang signifikan. Malahan kurikulum yang beganti tiap tahun ini seakan menjadi boomerang, karena selain menimbulkan sebuah dilemma bagi para guru, ini membuat membuat siswa juga banyak kebingungan.
Tetapi dari hal itu semua, yang paling hangat sekarang diperdebatkan adalah Ujian Nasional ( UN ). Baru – baru ini, MA mengeluarkan putusan menganai larangan mengadakan UN. Perlu kita ketahui, bahwa sebenarnya tujuan dari UN itu sendiri adalah untuk mengetahui kualitas pendidikan negara kita.
Dengan adanya UN, kelulusan siswa hanya di tentukan oleh beberapa hari, dan beberapa mata pelajaran. Banyak siswa stress ketika akan menghadapi UN, begitu juga para tenaga pengajar kelimpungan saat di tuntut untuk membuat lulus peserta didiknya. Hal ini banyak menyebabkan kecurangan yang terjadi ketika UN. Mulai dari bocornya soal – soal UN, jual beli kunci jawaban, sampai berbagai cara di tempuh untuk mendapatkan kelulusan. Sangatlah memilukan, UN yang semula bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan, malah membuat para generasi penerus belajar curang. Dengan tidak mengindahkan aturan yang berlaku, yang penting mereka lulus.
Pantas saja kalau negeri ini banyak terjadi kkn dan berbagai tindakan yang tidak pantas, karena di bangku sekolah saja para intelektual muda sudah melakukan kecurangan.
Hal lain yang menambah ketidakberhasilan pendidikan di negara ini adalah tidak meratanya kualitas sekolah, masih banyak sekolah yang berada di bawah standar kelayakan. Masih ada sekolah yang tidak memiliki laboratorium, masih banhyak yang kekurangan tenaga pengajar, dengan masalah yang seperti ini di rasa sulit untuk memperolah hasil yang maksimal.
Hal yang paling logis yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah dengan meningkatkan kualitas tenaga pengajar, membangun fasilitas yang memadai di sekolah yang tertinggal. Adanya partisipasi dari masyarakat, pergantian kurikulum yang berjangka waktu karena dapat menjadikan tolak ukur juga, dan lagi apabila pergantian kurikulum terlalu sering, hal ini tidaklah kondusif.  UN tetap di lakukan tetapi bukan mejadi sebuah tolak ukur kelulusan siswa, melainkan menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan nasional, dan harus di awasi secara ketat dan kalau memungkinkan menggunakan system yang sama dengan SNMPTN. Melaksanakan amanat UUD 1945, yaitu 20% dari APBN digunakan untuk pendidikan. Karena pendidikan adalah pondasi yang sangat penting untuk kemajuan negara.

Manis Jadi Sophomore


Ketika di penghujung kelas X, Manis harus menentukan nasibnya. Dia harus memilih antara IPA, IPS atau Bahasa. Di dalam kegalauan tersebut, akhirnya Manis memilih untuk masuk jurusan IPA, meskipun di IPA ada musuh besar sekaligus pelajaran yang tidak di sukai oleh Manis yaitu Fisika.
Meskipun Manis tak sekelas lagi dengan teman – temannya waktu kelas X. Kelas yang sekarang ini masih menyisakan koloninya dulu waktu kelas X yaitu Ifan. Sama seperti Manis, Ifan  juga termasuk anak IPA yang “premature”.
Hal ini terbuktii, hari pertama masuk sebagai anak IPA saja. Manis dan Ifan tidak masuk pelajaran Fisika dan Matematika. Mereka malah lihat anak – anak freshman (ngeceng), mereka ikut – ikutan ngospek anak kelas X, mereka beraksi tidak hanya berdua saja tetapi dengan teman – teman waktu kelas X. Seminggu sebagai anak IPA, Manis lalui tanpa beban.
Tetapi, cerita menjadi lain ketika KBM berjalan sebagai mana biasanya. Manis disibukan karena dituntut untuk mengerjakan tugas – tugas, tapi hal ini sama saja. Manis tetaplah Manis, dia termasukorang – orang yang mengulur – ngulur PR, apalagi kalau PR Fisika hampir bisa dipastikan dia selalu “copas”.
Hal ganjilpun terjadi ketika pembagian buku rapor semester 1. Orang lain, fisikanyapada remedial, tetapi Manis tidak di remedial, namun sayangnya nilainya tidak terlalu tinggi. Hal ini membuktikan bahwa Manisjuga pantas jadi anak IPA.

Manis Anak SMA


Akhirnya Manis pun menjadi freshman di sekolah barunya. Tapi, sayangnya dia belum bisa mengenakan putih abu dia masih gagah dengan seragam putih birunya, karena harus mengikuti ospek hari pertama, ospeknya berjalan dengan baik.
Tapi, kejadian yang tidak terduga terjadi pada sore harinya, terjadi gempa yang mengakibatkan tsunami. Hal ini mengakibatkan Manis merasa ketakutan, untungnya saja kejadian yang tidak di inginkan pun tidak terjadi.
Seminggu pun berlalu, akhirnya Manis pun dapat memakai seragam putih abu yang selama ini di mimpikannya. Dia tinggal di kelas yang sangat hangat sekali kekeluargaannya. Kelas Manis sangatlah kompak mulai dari kompak tidak mengerjakan tugas, bolos dan semuanya pasti kompak.
Buktinya saja, waktu peringatan Isra Mi’raj kelas ini laki – lakinya hampir bolos semua, termasuk juga Manis di dalamnya dan hebohnya lagi anak cewek pun ada yang ikutan. Bisa di bayangkan betapa erat sekali tali persaudaraan kelas ini. Base camp tempat kumpul Manis dan semua temannya adalah “Babeh”, tempatnya dekat dengan sekolah lain yang merupakan “musuh bubuyutan” sekolah Manis.
Hampir setiap hari Manis mengunjungi Babeh, di sini Manis ngobrol – ngobrol, melepas penat bersama teman – teman barunya. Di kelas Manis tetap terlihat tetap manis dengan tampangnya yang manis, dan Manis pun mempunyai musuh besar yaitu Fisika, karena dia pernah ketahuan guru waktu nyontek. Guru itu salah paham, bukanlah Manis yang mencontek tetapi si Co’an, teman sebangkunya. Dia non-muslim, sehingga dia sering di olok – olok oleh Manis dan teman – teman lainnya, tetapi itu hanya gurauan saja. Hal itu tidak menyebabkan kelas ini jadi retak, tiap gurauan yang ada bahkan menjadi pelekat persaudaraan di kelas Manis.